Profesinya sih
hanya operator. Jabatan yang terkadang dipandang sebelah mata oleh komponen
lembaga pendidikan. Bagaimana tidak? Memberikan pembelajaran tak pernah ia
diberi kesempatan, menjadi Pembina Upacara juga tak pantas katanya, berbicara
di hadapan wali murid juga bukan domainnya.
Tugasnya
hanyalah di depan komputer atau laptop. Tiada siang maupun malam, yang
dilakukannya hanyalah bersenggama dengan file maupun aplikasi. Hingar-bingar
dan canda tawa PTK yang ada, tak pernah ia peduli. Fokus dan konsentrasi
menjadi amunisi.
Terkadang para
PTK hanya memperhatikan operator kalau tunjangan mereka udah di ambang pintu
pencairan. Dengan nada lembut yang dibungkus senyuman, mereka mengatakan, “ini berkas saya, maaf ya dik/mas agak
telat, wah sampyan pinter banget ya,” atau yang lainnya lah. Giliran
tunjangannya sudah direkening, jangankan menyapa, melirik saja terkadang tidak,
bahkan mereka enggan.
Wahai PTK,
operator itu juga manusia. Mereka punya hati dan juga rasa. Mengharap asa
mendamba cita. Biarpun yang perjaka maupun yang sudah berkeluarga, mereka semua
sama. Sang operator nafas lembaga.
Setiap jam
pembelajaran sangatlah penting bagi mereka para PTK. Mereka seakan berlomba
meraih hal tersebut. Jangankan beberapa jam pembelajaran, satu jam saja mereka
kekurangan, mereka akan memperjuangkan. Semua halangan dan rintangan akan
mereka libas dan hancurkan. Apakah mereka lupa, tujuan mereka yang
sebenarnya??? Profesi mereka adalah pendidik. Tugas mereka adalah membimbing
peserta didik. Mencapai sebuah kompetensi yang autentik. Serta menguasai
pedagogik. Dengan bimbingannyalah, peserta didik akan menjadi generasi emas
bangsa. Jika demikian halnya, apakah masih pantas sebutan “Pahlawan Tanpa Tanda
Jasa?” Entahlah, Wallahu a’lam bisshowab.
Paradok dengan
hal tersebut di atas. Operator hanyalah pegawai yang seakan tak pernah dinilai.
Dalam setiap pekerjaannya. 6, 12, 18, atau 24 JTM tak pernah mereka dapatkan.
Padahal semua itu sangatlah berarti bagi para PTK. Andai mereka sedikit mengintip
kinerja operator, atau bersedia memberikan perhatian terhadap pekerjaan
operator, mungkin mereka akan terperangah melihatnya. Operator tak pernah
memperdulikan “Jam”. Karena baginya segala pekerjaan haruslah selesai sesuai
deadline. Apakah ia menempuhnya dalam hitungan jam, hari, bahkan bulan.
Kini wahai
operator, akuntabilasmu kembali diuji. Beberapa aplikasi kembali menanti. Emis
dan Simpatika harus kau eksekusi. Janganlah kau mundur ataupun lari. Jaga
emosi, Tegarkan hati, lalu hadapi. Tumbuhkan keyakin menjadi keputusan, hingga
kemenangan akan menjadi kepastian. Jangan pernah berkecil hati. Emanasi
semangatmu akan meleburkan proyeksi mereka yang meremehkanmu. Kalau mereka
menyandang “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” kau pun menyandang “Garda Lembaga Anti
Putus Asa.”
#nyanyian jiwa operator sektor
utara pecinta Madrasah
(Save Operator)