Minggu, 13 Maret 2016

Profesinya sih hanya operator. Jabatan yang terkadang dipandang sebelah mata oleh komponen lembaga pendidikan. Bagaimana tidak? Memberikan pembelajaran tak pernah ia diberi kesempatan, menjadi Pembina Upacara juga tak pantas katanya, berbicara di hadapan wali murid juga bukan domainnya.
Tugasnya hanyalah di depan komputer atau laptop. Tiada siang maupun malam, yang dilakukannya hanyalah bersenggama dengan file maupun aplikasi. Hingar-bingar dan canda tawa PTK yang ada, tak pernah ia peduli. Fokus dan konsentrasi menjadi amunisi.
Terkadang para PTK hanya memperhatikan operator kalau tunjangan mereka udah di ambang pintu pencairan. Dengan nada lembut yang dibungkus senyuman, mereka mengatakan, “ini berkas saya, maaf ya dik/mas agak telat, wah sampyan pinter banget ya,” atau yang lainnya lah. Giliran tunjangannya sudah direkening, jangankan menyapa, melirik saja terkadang tidak, bahkan mereka enggan.  
Wahai PTK, operator itu juga manusia. Mereka punya hati dan juga rasa. Mengharap asa mendamba cita. Biarpun yang perjaka maupun yang sudah berkeluarga, mereka semua sama. Sang operator nafas lembaga.
Setiap jam pembelajaran sangatlah penting bagi mereka para PTK. Mereka seakan berlomba meraih hal tersebut. Jangankan beberapa jam pembelajaran, satu jam saja mereka kekurangan, mereka akan memperjuangkan. Semua halangan dan rintangan akan mereka libas dan hancurkan. Apakah mereka lupa, tujuan mereka yang sebenarnya??? Profesi mereka adalah pendidik. Tugas mereka adalah membimbing peserta didik. Mencapai sebuah kompetensi yang autentik. Serta menguasai pedagogik. Dengan bimbingannyalah, peserta didik akan menjadi generasi emas bangsa. Jika demikian halnya, apakah masih pantas sebutan “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa?” Entahlah, Wallahu a’lam bisshowab.
Paradok dengan hal tersebut di atas. Operator hanyalah pegawai yang seakan tak pernah dinilai. Dalam setiap pekerjaannya. 6, 12, 18, atau 24 JTM tak pernah mereka dapatkan. Padahal semua itu sangatlah berarti bagi para PTK. Andai mereka sedikit mengintip kinerja operator, atau bersedia memberikan perhatian terhadap pekerjaan operator, mungkin mereka akan terperangah melihatnya. Operator tak pernah memperdulikan “Jam”. Karena baginya segala pekerjaan haruslah selesai sesuai deadline. Apakah ia menempuhnya dalam hitungan jam, hari, bahkan bulan.
Kini wahai operator, akuntabilasmu kembali diuji. Beberapa aplikasi kembali menanti. Emis dan Simpatika harus kau eksekusi. Janganlah kau mundur ataupun lari. Jaga emosi, Tegarkan hati, lalu hadapi. Tumbuhkan keyakin menjadi keputusan, hingga kemenangan akan menjadi kepastian. Jangan pernah berkecil hati. Emanasi semangatmu akan meleburkan proyeksi mereka yang meremehkanmu. Kalau mereka menyandang “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” kau pun menyandang “Garda Lembaga Anti Putus Asa.”

#nyanyian jiwa operator sektor utara pecinta Madrasah

(Save Operator)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar